ZIGZAG NEWS Is greate!!!

Senin, 11 April 2011

Pembangunan Jembatan Selat Sunda


MUDIK lebaran tahun ini diprediksikan akan lebih meriah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah sudah memperkirakan arus mudik lebaran di tahun ini meningkat 10 persen dengan menggunakan angkutan jalan raya. Sedangkan angkutan udara maupun laut juga meningkat tetapi tidak menyamai rekor angkutan raya yang menggunakan kendaraan pribadi, umum maupun kereta api.
Tidak jelas mengapa Pemerintah begitu optimis bahwa arus mudik lebaran tahun ini akan jauh lebih banyak dibanding tahun-tahun sebe lum   nya. Tapi walaupun demikian bisa diper kirakan karena budaya mudik lebaran sudah menjadi warna kehidu pan masya­rakat perantau untuk pu lang ke kam pung halaman bersila turahmi dengan kel uarga terdekat di hari lebaran. Kesu litan sarana angkutan baik itu kendaraan angkutan jalan darat, laut maupun udara tidak menjadi penghalang untuk mudik ke kampung halaman.
Banyaknya pemudik asal kota-kota besar yang bakal pulang kampung dengan menggunakan kendaraan angkutan umum, pribadi, maupun dinas membuat ruas jalan yang sudah dibangun Pemerintah diperkirakan tidak akan mampu menampungnya un tuk dilalui. Akibatnya dapat di pre dik sikan bakal terjadi antrian kendaraan yang begitu panjang sehingga me ma cet kan arus kendararaan di hampir se mua jalan utama antar propinsi khu susnya di jalur Pantai Utara Pulau Jawa.
Demikian halnya dengan pemudik di pulau Sumatera yang akan pulang ke kampung halamannya di pulau Jawa atau sebaliknya. Sampai sekarang mereka belum dapat menikmati cepat nya laju kapal-kapal yang disediakan pe  merintah maupun kapal swasta dalam menye be rangi Selat Sunda dari Bakauheni Lam pung ke Merak Banten. Upaya Pemerintah sudah demikian maksimalnya mengo pera sikan bebe rapa kapal cepat dan puluhan kapal roro agar dapat mem bawa pemudik dari Sumatera ke Jawa atau sebaliknya. Tapi hasilnya belum bisa dinikmati maksimal.
Para pemudik masih harus bersabar antri lebih dari satu jam untuk bisa di angkut dengan menggunakan kapal cepat atau kapal motor roro jenis ferry. Dan setelah melewati antrian ter sebut merekapun baru bisa sampai ke pela buhan Merak, satu jam kemudian de ngan menggunakan kapal cepat atau dua jam dengan kapal motor ferry. Dengan demikian sulit bagi pemudik dari Sumatera ke Jawa atau sebaliknya untuk tidak merasakan bagaimana se ng  sa ranya antri dengan angkutan ka pal motor melewati Selat Sunda.
Apalagi jika kapal ferry ini ada di antaranya yang rusak . Antrian itu tidak bisa lagi satu dua jam. Tapi bisa sampai tiga hari sebagaimana yang pernah dikeluhkan oleh beberapa supir truk angkutan barang dari Merak ke Bakau heni di akhir Agustus lalu ketika enam kapal ferry yang melayari rute ini harus mengalami perbaikan tahunan.
Beberapa pengemudi truk yang akan menyebrangi selat Sunda dari Merak ke Bakauheni pada akhir Agus tus lalu menyebutkan, kesengsa raan yang mereka alami benar- benar sudah diluar per kiraan. Uang jalan maupun gaji mereka terpaksa harus digunakan bertahan hidup disaat antri untuk me nyeberang selat Sunda karena Pe merintah gagal memenuhi tugasnya menyebrangkan me reka dalam waktu cepat. Akibatnya, kendaraan angkutan barang yang mereka kemudikan harus antri sepanjang 14 kilomter di jalan tol Merak.
Kesengsaraan inilah yang me nggugah hati Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mempertanyakan kepada Gubernur Lampung Sjach roedin ZP dan Gubernur Banten, Hj Ratu Atut Chosiyah tentang kesiapan kedua Pemerintah di daerah ini mengatasi masalah penyebrangan di Selat Sunda. Sebab menurut Presiden SBY sebagaimana yang diungkap­kannya ketika bertemu dengan para pemimpin redaksi media Jawa Pos Group di Surabaya awal September lalu masalah penyebrangan di Selat Sunda tidak bisa diatasi hanya dengan memperbaiki sistim angkutan seperti dimasa lalu. Tapi lebih dari itu harus dibuatkan jembatan penyebrangan. Bukan terowongan se bagai mana pernah diusulkan beberapa pakar perhubungan di era pemerintahan Orde Baru.
Menurut Presiden dirinya sangat berkeinginan dibangun jembatan pe nyebrangan agar seluruh masyarakat khususnya di Lampung dan Banten bisa melewati Selat Sunda tidak lebih dari setengah jam. Untuk itu dirinya juga akan menanyakan kepada Guber nur Lam pung dan Banten mengapa proses tender akan rencana pembuatan jembatan ini belum juga dilakukan. Dan akan mempertanyakan pula me ngapa kedua propinsi ini belum melakukan sharing dana akan membangun jembatan tersebut di saat Pemerintah pusat masih sulit menganggarkannya.
Menurut Presiden untuk mem ba ngun jembatan yang besar dan panjang ini, bukan hanya memerlukan wak tu lama. Tapi lebih dari itu memer lukan dana pembangunan yang cukup besar. Dan hal itu mungkin dapat diperoleh jika dilakukan sharing antara kedua Pemda dengan beberapa perusa haan swasta. Sharing itu sendiri pelaksa naan nya diserahkan kepada kedua Pemerintah Daerah agar JSS dapat terealisir dalam waktu dekat.
Jauh sebelum perhatian Presiden SBY ini disampaikan ke masyarakat, Guber nur Lampung dan Banten sudah menan datangani Memorandum of Understanding ( MoU/nota kesepahaman ) rencana percepatan pembangunan JSS. Dalam penandatanganan kesepa­haman itu ikut menyaksikan Ketua DPRD masing-masing daerah yang kemudian diikuti dengan pernyataan Badan Koordinasi DPRD seluruh Indonesia dengan menye butkan mendu kung dan mendorong dilakukannya percepatan pembangunan jembatan Selat Sunda.
Jembatan yang akan dibangun itu di se butkan bukan hanya milik mas yarakat Banten dan Lampung. Tapi merupakan milik seluruh bangsa Indonesia khu susnya yang ada di Sumatera dan Jawa. Untuk itu Badan Koordinasi DPRD seluruh Indonesia yang mengadakan pertemuan di Merak Banten menyatakan dukungannya untuk dilakukan perce patan pembuatan JSS sehingga pada tahun 2025 mendatang sarana ini sudah terrealisir.
Sementara disisi lain dalam kurung wak tu yang hampir bersamaan pula, Prof Dr Ir Wiratman Wangsadinata se laku penggagas penggunaan jembatan dengan bentang ultra panjang untuk penyebrangan Selat Sunda menga dakan kerjasama dengan Artha Graha Network. Kerjasama ini dimaksudkan untuk dapat merealisir percepatan pembangunan JSS yang sudah di rancang oleh Prof Dr Ir Wiratman Wangsadinata sejak tahun l992.
Hasil kerjasama ini kemudian dipre sentasikan kepada Gubernur Lampung dan Gubernur Banten yang akhirnya mem buat kedua Pemda ini sepakat men jalin kerjasama untuk pencanangan fre Fisibility Study ( study pra kelayakan ) per cepatan pem ba ngunan JSS. Kese pa katan itu ditan datangani diatas kapal motor Tunas Wisesa 3 dalam pelayaran di Selat Sun da pada tanggal 3 Oktober lalu dalam suatu upacara khusus. Ikut me nyak­sikan acara kesepakatan ini selain be berapa orang Menteri juga di ren ca nakan diikuti semua Gubernur yang ada di Sumatera dan Jawa.
Melihat kesungguhan Pemda Banten dan Lampung untuk mem bangun JSS ini yang ditandai adanya kerjasama dengan Artha Graha Network serta Wiratman , kita merasa yakin dalam waktu tidak lama lagi lembaran baru perjalanan sejarah bangsa akan segera terwujud. JSS bukan hanya mempersatukan masya rakat Jawa dan Sumatera tetapi lebih dari itu mem persatukan kedua pulau yang sudah ratusan tahun dipisahkan oleh Selat Sunda.
Jika proyek raksasa ini mulai di bangun tiga tahun mendatang dan se lesai 2025, bukan hanya masalah per lalu lintasan yang selama ini di ke luhkan oleh hampir semua pe­nyebrang Selat Sunda dapat teratasi. Tapi lebih dari itu penyebrang Selat Sunda akan menghemat waktu dan biaya perja lanan, serta dapat men cip takan la pangan kerja bagi masyarakat kedua daerah. Bahkan lebih dari itu Pemda kedua daerah dapat mengalih kan in vestasi alternatif yang lain untuk keperluan yang lebih bermanfaat.
Selain itu manfaat tidak langsung dengan dibangunnya JSS ini akan berdampak pada percepatan pertum buhan ekonomi regional dan nasional kedua daerah. Dan juga akan men dorong kegiatan ekonomi yang baru serta peningkatan pendapatan bagi ke dua daerah. Dan terlebih lagi akan memantapkan situasi Sospolbud-Han kam kedua daerah yang sangat diha rapkan oleh seluruh bangsa.
Untuk itulah proyek raksasa yang akan menelan biaya puluhan triliun rupiah itu, perlu direponi oleh seluruh komponen bangsa. Jembatan ini perlu dibangun sehingga menjadi moment bersejarah bagi bangsa Indonesia. Kalau di zaman Belanda, Daendeles dapat mem bangun jalan raya dari Anyer, Banten ke Pa narukan Jawa Timur sepanjang 1000 kilometer maka di era reformasi ini pe merintahan SBY juga perlu membuat mo men bersejarah dengan dimulainya pem bangunan Jem batan Selat Sunda.

MUDIK lebaran tahun ini diprediksikan akan lebih meriah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah sudah memperkirakan arus mudik lebaran di tahun ini meningkat 10 persen dengan menggunakan angkutan jalan raya. Sedangkan angkutan udara maupun laut juga meningkat tetapi tidak menyamai rekor angkutan raya yang menggunakan kendaraan pribadi, umum maupun kereta api.
Tidak jelas mengapa Pemerintah begitu optimis bahwa arus mudik lebaran tahun ini akan jauh lebih banyak dibanding tahun-tahun sebe lum   nya. Tapi walaupun demikian bisa diper kirakan karena budaya mudik lebaran sudah menjadi warna kehidu pan masya­rakat perantau untuk pu lang ke kam pung halaman bersila turahmi dengan kel uarga terdekat di hari lebaran. Kesu litan sarana angkutan baik itu kendaraan angkutan jalan darat, laut maupun udara tidak menjadi penghalang untuk mudik ke kampung halaman.
Banyaknya pemudik asal kota-kota besar yang bakal pulang kampung dengan menggunakan kendaraan angkutan umum, pribadi, maupun dinas membuat ruas jalan yang sudah dibangun Pemerintah diperkirakan tidak akan mampu menampungnya un tuk dilalui. Akibatnya dapat di pre dik sikan bakal terjadi antrian kendaraan yang begitu panjang sehingga me ma cet kan arus kendararaan di hampir se mua jalan utama antar propinsi khu susnya di jalur Pantai Utara Pulau Jawa.
Demikian halnya dengan pemudik di pulau Sumatera yang akan pulang ke kampung halamannya di pulau Jawa atau sebaliknya. Sampai sekarang mereka belum dapat menikmati cepat nya laju kapal-kapal yang disediakan pe  merintah maupun kapal swasta dalam menye be rangi Selat Sunda dari Bakauheni Lam pung ke Merak Banten. Upaya Pemerintah sudah demikian maksimalnya mengo pera sikan bebe rapa kapal cepat dan puluhan kapal roro agar dapat mem bawa pemudik dari Sumatera ke Jawa atau sebaliknya. Tapi hasilnya belum bisa dinikmati maksimal.
Para pemudik masih harus bersabar antri lebih dari satu jam untuk bisa di angkut dengan menggunakan kapal cepat atau kapal motor roro jenis ferry. Dan setelah melewati antrian ter sebut merekapun baru bisa sampai ke pela buhan Merak, satu jam kemudian de ngan menggunakan kapal cepat atau dua jam dengan kapal motor ferry. Dengan demikian sulit bagi pemudik dari Sumatera ke Jawa atau sebaliknya untuk tidak merasakan bagaimana se ng  sa ranya antri dengan angkutan ka pal motor melewati Selat Sunda.
Apalagi jika kapal ferry ini ada di antaranya yang rusak . Antrian itu tidak bisa lagi satu dua jam. Tapi bisa sampai tiga hari sebagaimana yang pernah dikeluhkan oleh beberapa supir truk angkutan barang dari Merak ke Bakau heni di akhir Agustus lalu ketika enam kapal ferry yang melayari rute ini harus mengalami perbaikan tahunan.
Beberapa pengemudi truk yang akan menyebrangi selat Sunda dari Merak ke Bakauheni pada akhir Agus tus lalu menyebutkan, kesengsa raan yang mereka alami benar- benar sudah diluar per kiraan. Uang jalan maupun gaji mereka terpaksa harus digunakan bertahan hidup disaat antri untuk me nyeberang selat Sunda karena Pe merintah gagal memenuhi tugasnya menyebrangkan me reka dalam waktu cepat. Akibatnya, kendaraan angkutan barang yang mereka kemudikan harus antri sepanjang 14 kilomter di jalan tol Merak.
Kesengsaraan inilah yang me nggugah hati Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mempertanyakan kepada Gubernur Lampung Sjach roedin ZP dan Gubernur Banten, Hj Ratu Atut Chosiyah tentang kesiapan kedua Pemerintah di daerah ini mengatasi masalah penyebrangan di Selat Sunda. Sebab menurut Presiden SBY sebagaimana yang diungkap­kannya ketika bertemu dengan para pemimpin redaksi media Jawa Pos Group di Surabaya awal September lalu masalah penyebrangan di Selat Sunda tidak bisa diatasi hanya dengan memperbaiki sistim angkutan seperti dimasa lalu. Tapi lebih dari itu harus dibuatkan jembatan penyebrangan. Bukan terowongan se bagai mana pernah diusulkan beberapa pakar perhubungan di era pemerintahan Orde Baru.
Menurut Presiden dirinya sangat berkeinginan dibangun jembatan pe nyebrangan agar seluruh masyarakat khususnya di Lampung dan Banten bisa melewati Selat Sunda tidak lebih dari setengah jam. Untuk itu dirinya juga akan menanyakan kepada Guber nur Lam pung dan Banten mengapa proses tender akan rencana pembuatan jembatan ini belum juga dilakukan. Dan akan mempertanyakan pula me ngapa kedua propinsi ini belum melakukan sharing dana akan membangun jembatan tersebut di saat Pemerintah pusat masih sulit menganggarkannya.
Menurut Presiden untuk mem ba ngun jembatan yang besar dan panjang ini, bukan hanya memerlukan wak tu lama. Tapi lebih dari itu memer lukan dana pembangunan yang cukup besar. Dan hal itu mungkin dapat diperoleh jika dilakukan sharing antara kedua Pemda dengan beberapa perusa haan swasta. Sharing itu sendiri pelaksa naan nya diserahkan kepada kedua Pemerintah Daerah agar JSS dapat terealisir dalam waktu dekat.
Jauh sebelum perhatian Presiden SBY ini disampaikan ke masyarakat, Guber nur Lampung dan Banten sudah menan datangani Memorandum of Understanding ( MoU/nota kesepahaman ) rencana percepatan pembangunan JSS. Dalam penandatanganan kesepa­haman itu ikut menyaksikan Ketua DPRD masing-masing daerah yang kemudian diikuti dengan pernyataan Badan Koordinasi DPRD seluruh Indonesia dengan menye butkan mendu kung dan mendorong dilakukannya percepatan pembangunan jembatan Selat Sunda.
Jembatan yang akan dibangun itu di se butkan bukan hanya milik mas yarakat Banten dan Lampung. Tapi merupakan milik seluruh bangsa Indonesia khu susnya yang ada di Sumatera dan Jawa. Untuk itu Badan Koordinasi DPRD seluruh Indonesia yang mengadakan pertemuan di Merak Banten menyatakan dukungannya untuk dilakukan perce patan pembuatan JSS sehingga pada tahun 2025 mendatang sarana ini sudah terrealisir.
Sementara disisi lain dalam kurung wak tu yang hampir bersamaan pula, Prof Dr Ir Wiratman Wangsadinata se laku penggagas penggunaan jembatan dengan bentang ultra panjang untuk penyebrangan Selat Sunda menga dakan kerjasama dengan Artha Graha Network. Kerjasama ini dimaksudkan untuk dapat merealisir percepatan pembangunan JSS yang sudah di rancang oleh Prof Dr Ir Wiratman Wangsadinata sejak tahun l992.
Hasil kerjasama ini kemudian dipre sentasikan kepada Gubernur Lampung dan Gubernur Banten yang akhirnya mem buat kedua Pemda ini sepakat men jalin kerjasama untuk pencanangan fre Fisibility Study ( study pra kelayakan ) per cepatan pem ba ngunan JSS. Kese pa katan itu ditan datangani diatas kapal motor Tunas Wisesa 3 dalam pelayaran di Selat Sun da pada tanggal 3 Oktober lalu dalam suatu upacara khusus. Ikut me nyak­sikan acara kesepakatan ini selain be berapa orang Menteri juga di ren ca nakan diikuti semua Gubernur yang ada di Sumatera dan Jawa.
Melihat kesungguhan Pemda Banten dan Lampung untuk mem bangun JSS ini yang ditandai adanya kerjasama dengan Artha Graha Network serta Wiratman , kita merasa yakin dalam waktu tidak lama lagi lembaran baru perjalanan sejarah bangsa akan segera terwujud. JSS bukan hanya mempersatukan masya rakat Jawa dan Sumatera tetapi lebih dari itu mem persatukan kedua pulau yang sudah ratusan tahun dipisahkan oleh Selat Sunda.
Jika proyek raksasa ini mulai di bangun tiga tahun mendatang dan se lesai 2025, bukan hanya masalah per lalu lintasan yang selama ini di ke luhkan oleh hampir semua pe­nyebrang Selat Sunda dapat teratasi. Tapi lebih dari itu penyebrang Selat Sunda akan menghemat waktu dan biaya perja lanan, serta dapat men cip takan la pangan kerja bagi masyarakat kedua daerah. Bahkan lebih dari itu Pemda kedua daerah dapat mengalih kan in vestasi alternatif yang lain untuk keperluan yang lebih bermanfaat.
Selain itu manfaat tidak langsung dengan dibangunnya JSS ini akan berdampak pada percepatan pertum buhan ekonomi regional dan nasional kedua daerah. Dan juga akan men dorong kegiatan ekonomi yang baru serta peningkatan pendapatan bagi ke dua daerah. Dan terlebih lagi akan memantapkan situasi Sospolbud-Han kam kedua daerah yang sangat diha rapkan oleh seluruh bangsa.
Untuk itulah proyek raksasa yang akan menelan biaya puluhan triliun rupiah itu, perlu direponi oleh seluruh komponen bangsa. Jembatan ini perlu dibangun sehingga menjadi moment bersejarah bagi bangsa Indonesia. Kalau di zaman Belanda, Daendeles dapat mem bangun jalan raya dari Anyer, Banten ke Pa narukan Jawa Timur sepanjang 1000 kilometer maka di era reformasi ini pe merintahan SBY juga perlu membuat mo men bersejarah dengan dimulainya pem bangunan Jem batan Selat Sunda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About Owner

Bogor, Jawa Barat, Indonesia
This blog is a blog that cooperate with Kiyaixs! Blogspot. The owner Faris Luthfi.